Meskipun merupakan tanaman penting bagi dunia, singkong (Manihot esculenta) terancam oleh beberapa hama dan penyakit serius. Di banyak wilayah tropis, permasalahan ini membahayakan ketahanan pangan. Risiko besar datang dari hama seperti kutu putih singkong dan penyakit seperti penyakit mosaik singkong.
Penting untuk memahami musuh-musuh ini untuk mengembangkan solusi yang berhasil dalam melestarikan hasil singkong dan memastikan praktik pertanian berkelanjutan. Dalam tinjauan ahli ini, kami mengkaji hama dan penyakit utama yang menyerang singkong, melihat ciri-cirinya, dampaknya, dan potensi penanggulangannya.
Hama dan Penyakit Utama Singkong
Apa itu Pertanian Singkong?
Manihot esculenta, juga disebut singkong, merupakan tanaman penting yang ditanam di seluruh dunia, khususnya di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh subur di tanah lempung berpasir yang memiliki drainase baik dan memiliki kisaran pH 5,5 hingga 6,5. Singkong ditanam dari stek batang dan biasanya dipanen antara 8 dan 18 bulan setelah perkecambahan. Hama utama yang termasuk di dalamnya adalah tungau hijau dan kutu putih singkong, yang harus dikelola dengan baik untuk mencegah penyakit dan infestasi. Akar yang dipanen dapat diolah menjadi berbagai barang, termasuk tepung, keripik, dan pati, sehingga sangat meningkatkan ketahanan pangan global dan menghasilkan uang.
Hama Utama Singkong
- Mononychellus tanajoa, juga dikenal sebagai tungau hijau singkong, memakan daun singkong, mengakibatkan daun melengkung, berbintik-bintik, dan penurunan fotosintesis.
- Kutu putih merampas nutrisi tanaman, menyebabkan kekurangan nutrisi yang mengakibatkan daun layu, berubah bentuk, dan penurunan hasil panen.
- Kutu kebul: menyebarkan virus yang menimbulkan gejala mosaik, berkurangnya perkembangan, dan nekrosis akar pada singkong (Bemisia tabaci).
- Virus Afrika yang dikenal sebagai Cassava Moses Virus (ACMV) menyebabkan daun menguning, mosaik daun, dan penurunan ukuran akar secara drastis, sehingga akar singkong tidak dapat dimakan.
- Virus coretan coklat: Goresan coklat pada akar merupakan gejala dari virus coretan coklat singkong (CBSV), yang juga membahayakan kesehatan seluruh tanaman.
- Nezara viridula, sering dikenal sebagai kutu busuk hijau singkong, memakan biji dan polong tanaman singkong sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas benih.
- Tungau Merah Singkong (Oligonychus gossypii): Tungau merah menyebabkan warna kecoklatan dan berkurangnya warna pada daun.
Penyakit Utama Singkong
- Penyakit mosaik singkong (CMD): CMD menyebabkan pola mosaik yang khas pada daun, perkembangan terbatas, dan penurunan hasil umbi. Begomovirus yang berbeda menyebabkannya.
- Penyakit Bercak Coklat Singkong (CBSD): CBSD menyebabkan guratan coklat pada akar dan nekrosis, sehingga umbi tidak dapat dimakan. Dua virus berbeda yang menyebabkannya.
- Hawar Bakteri Singkong (CBB): CBB menyebabkan layu, nekrosis daun, dan penurunan kualitas akar. Hal ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas axonopodis.
- Tungau Hijau Singkong (CGM): Serangan hama ini disebabkan oleh tungau hijau singkong, yang merusak daun dan mengganggu fotosintesis, sehingga mengurangi hasil umbi.
- Penyakit antraknosa singkong (CAD) merupakan jamur yang menyerang tanaman singkong dan disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides. Penyakit ini menyebabkan lesi gelap dan cekung pada daun dan batang sehingga menghambat fotosintesis dan pertumbuhan.
Jika Anda melewatkannya: Cara Menanam Singkong/Yuca dari Stek dan Umbi: Panduan Menanam hingga Memanen
Kutu Putih Singkong: Identifikasi dan Tindakan Pengendalian
Kutu putih singkong (Phenacoccus manihoti) merupakan serangga perusak yang menyebabkan kerugian besar pada tanaman singkong di seluruh dunia. Identifikasi yang akurat sangat penting untuk pengendalian yang efektif. Kutu putih merupakan serangga kecil berbentuk lonjong (2-4 mm) berpenampilan seperti kapas, ditemukan dalam kumpulan putih pada daun, batang, dan akar singkong.
Cara pengendaliannya antara lain dengan memperkenalkan musuh alami seperti tawon Epidinocarsis Lopez, penggunaan sabun insektisida dan minyak nimba, penanaman varietas singkong yang tahan, dan menjaga kebersihan lahan. Deteksi dini dan pengelolaan hama terpadu sangat penting untuk melindungi tanaman singkong dan memastikan keamanan pangan, sehingga menekankan perlunya pemantauan rutin dan intervensi cepat.
Tungau Hijau Singkong: Gejala dan Strategi Penanganannya
Mononychellus tanajoa, yang dikenal sebagai tungau hijau singkong (CGM), merupakan hama destruktif yang merusak tanaman singkong di seluruh dunia. Infestasi CGM ditandai dengan tungau kecil berwarna kuning kehijauan di bagian bawah daun singkong, menyebabkan daun berbintik-bintik, menguning, dan berwarna coklat, menyebabkan penggundulan hutan, berkurangnya fotosintesis, dan hilangnya hasil.
Pengelolaan CGM yang efektif melibatkan kombinasi metode budaya, biologi, dan kimia, termasuk memperkenalkan predator alami seperti kepik dan tungau predator, menjaga kebersihan lahan, mengurangi penggunaan pupuk nitrogen, dan membuang daun tepat waktu. Acaricides mungkin diperlukan untuk serangan yang parah, namun penggunaannya yang hati-hati sangat penting untuk mencegah berkembangnya resistensi dan kerusakan lingkungan. Pengelolaan hama terpadu (PHT) sangat penting dalam pengendalian CGM yang berkelanjutan demi hasil singkong yang sehat.
Hawar Bakteri Singkong: Pencegahan dan Pengendalian
Hawar Bakteri Singkong (CBB) merupakan penyakit mematikan yang menyerang tanaman singkong, yang merupakan tanaman pangan penting di daerah tropis. Untuk melindungi produksi singkong, diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian yang efektif, antara lain penanaman kultivar tahan CBB, pemeliharaan bahan tanam yang bersih dan bebas penyakit, rotasi tanaman, disinfeksi bakteri, pengendalian kimia dengan bakterisida berbahan dasar tembaga, pengendalian vektor dengan serangga vektor seperti lalat putih. , dan menjaga kebersihan lahan dengan menjaga kebersihan lahan dan tidak menanam di tempat basah.
Penyakit Garis Coklat Singkong: Deteksi dan Penatalaksanaan
Penyakit Garis Coklat Singkong (CBSD) merupakan ancaman yang signifikan terhadap tanaman singkong di Afrika. Ketahanan pangan bergantung pada deteksi cepat dan tindakan pengendalian yang didukung oleh MAAIF. Strategi utamanya mencakup penanaman stek bebas penyakit, pemanfaatan kultivar toleran seperti NASE 14, 19, dan NAROCAS1 (dengan informasi terbaru dari penyuluh), dan pemberantasan tanaman yang terinfeksi melalui penguburan atau pembakaran terkendali.
Pendekatan manajemen penyakit holistik sangat penting. Meskipun banyak varietas tahan CMD tetap rentan terhadap CBSD, NASE 14, 19, dan NAROCAS1 merupakan pilihan yang direkomendasikan bagi petani karena toleransinya yang lebih baik.
Jika Anda melewatkannya: 19 Penyemprot Taman Terbaik untuk Taman Rumah, Teras, dan Halaman Rumput Anda sesuai Anggaran Anda
Penyakit Mosaik Singkong: Memahami dan Mengendalikan Penyebaran
Penyakit mosaik singkong (CMD), penyakit tanaman yang merusak, merupakan ancaman utama bagi tanaman tropis seperti singkong. Melalui lalat putih atau stek yang terkontaminasi, CMD dapat menyebabkan pola mosaik, daun bengkok, dan pertumbuhan terhambat, sehingga berpotensi menurunkan produksi singkong hingga 80%. Untuk memerangi CMD, direkomendasikan kultivar toleran tanaman seperti NASE dan TME. Selain itu, kacang-kacangan harus digunakan dalam rotasi tanaman, dan bahan tanaman harus bebas dari penyakit. Penelitian yang sedang berlangsung dan kegiatan penjangkauan masyarakat sangat penting untuk mengurangi dampak CMD.
Antraknosa Singkong: Metode Pengendalian yang Efektif
Antraknosa singkong yang disebabkan oleh jamur mematikan Colletotrichum gloeosporioides mengancam tanaman singkong. Strategi pengendalian yang efektif mencakup penanaman varietas singkong yang tahan, membuang bagian tanaman yang sakit secara teratur, menggunakan fungisida seperti pengobatan sistemik atau berbasis tembaga, melakukan rotasi tanaman, pemangkasan yang tepat untuk meningkatkan sirkulasi udara, menggunakan agen pengendalian biologis, dan menerapkan tindakan karantina untuk mencegah masuknya singkong. bahan tanaman yang terinfeksi. Taktik ini secara kolektif melindungi tanaman singkong dari patogen yang merusak ini.
Busuk Akar Singkong: Diagnosis dan Pilihan Perawatan
Busuk akar singkong, penyakit jamur yang disebabkan oleh Phytophthora spp, merupakan ancaman besar bagi tanaman tropis, menyebabkan lesi berwarna coklat, layu, dan perubahan warna akar. Diagnosis melibatkan tanda-tanda visual dan tes laboratorium seperti PCR dan ELISA. Langkah pengendaliannya meliputi rotasi tanaman, drainase yang lebih baik, dan jarak tanam yang memadai.
Tindakan pencegahan seperti fungisida metalaksil dapat digunakan, sedangkan solusi jangka panjang mencakup penggunaan bahan tanam yang baik dan budidaya kultivar singkong yang tahan penyakit. Strategi pengelolaan terpadu sangat penting untuk mengurangi penyakit busuk akar singkong dan memastikan keamanan pangan di daerah yang terkena dampak.
Kutu Kebul Singkong: Dampak dan Pengendalian Hama Terpadu
Bemisia tabaci, spesies samar dalam kompleks Bemisia tabaci sensu lato, merupakan hama pertanian utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas singkong di Afrika, khususnya Nigeria. Kutu kebul menghisap getah daun dan menularkan virus tanaman sehingga menyebabkan kerusakan fisik dan vektor penyakit seperti penyakit mosaik singkong dan penyakit guratan coklat.
Untuk mengurangi populasi belalang, petiklah belalang, musnahkan buah telurnya, gunakan biopestisida seperti “Green Muscle” di Afrika Selatan dan Barat, dan gunakan produk yang mengandung Mimba. Teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT), termasuk praktik budaya, pengelolaan biologis, dan penggunaan insektisida selektif, sangat penting untuk mencegah infestasi kutu kebul singkong.
Tungau Laba-Laba Merah Singkong: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
Tungau Laba-laba Merah Singkong merupakan hama penting yang merusak tanaman singkong, yang merupakan sumber makanan penting. Untuk mengendalikan serangan, sirami tanaman dengan banyak air, obati dengan sabun insektisida, hindari pestisida kimia, isolasi tanaman yang sakit, pilih varietas yang tahan, dan gunakan perangkap feromon dan data cuaca untuk tindakan pengendalian yang tepat. Penting untuk menghindari populasi tungau dengan menyiram tanaman, merawat tanaman dengan sabun insektisida, dan menggunakan varietas tahan untuk mencegah penyebarannya.
Penyakit Sapu Penyihir Singkong: Strategi Pengendalian
Tanaman singkong, yang merupakan tanaman pangan penting di negara-negara tropis, rentan terhadap penyakit sapu penyihir singkong (CWBD). Untuk mengendalikan CWBD, beberapa strategi telah dikembangkan, termasuk menciptakan dan menyebarkan kultivar tahan CWBD, mengendalikan vektor kutu kebul dengan pestisida atau cara biologis, dan deteksi dini tanaman yang terinfeksi melalui survei lapangan rutin dan pengujian diagnostik. Metode-metode ini bertujuan untuk meminimalkan penyebaran penyakit dan mengurangi dampak ekonominya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan dan membunuh tanaman yang terinfeksi untuk mencegah penyebarannya dengan cepat.
Jika Anda melewatkannya: 20 Pembibitan Tanaman Terbaik di Manila: Pusat Grosir Taman untuk Bunga, Buah, Tanaman Dalam Ruangan, dan Luar Ruangan
Penyakit Karat Singkong: Gejala dan Cara Pengendaliannya
Phakopsora meibomian dan Phakopsora Manihot, jamur yang menyebabkan penyakit karat singkong, menimbulkan ancaman signifikan terhadap produksi singkong di seluruh dunia. Gejalanya berupa bintil-bintil berwarna karat dan massa spora berwarna oranye hingga coklat pada daun, menyebabkan penggundulan hutan, penurunan fotosintesis, dan pertumbuhan terhambat.
Tindakan pengendaliannya meliputi penanaman kultivar yang tahan penyakit, pencarian tanaman yang sakit secara rutin, dan penggunaan fungisida seperti larutan berbahan dasar tembaga. Memperbaiki norma-norma budaya, seperti jarak tanam yang tepat dan pola makan yang sehat, serta mendorong pendidikan petani dan inisiatif pembiakan yang tahan penyakit juga penting untuk keberhasilan jangka panjang.
Penggerek Batang Singkong: Teknik Pencegahan dan Penanggulangannya
Penggerek batang singkong mengancam produksi singkong, khususnya African Cassava Moses Virus (ACMV) dan Cassava Green Mite (CGM). Untuk mengendalikan hama tersebut, cara yang dilakukan antara lain dengan menanam jenis singkong yang tahan, tumpang sari dengan tanaman pengusir hama lainnya, pembasmian gulma secara teratur, pengendalian hayati dengan memperkenalkan predator alami seperti nematoda, pengendalian kimiawi dengan menggunakan pestisida, dan menjaga kesuburan tanah yang tepat untuk tanaman singkong tahan hama. Nutrisi yang tepat juga berperan penting dalam mencegah infestasi dan memastikan keberlanjutan tanaman.
Nematoda Simpul Akar Singkong: Pendekatan Pengendalian yang Efektif
Meloidogyne spp., juga dikenal sebagai Nematoda Simpul Akar Singkong, merupakan parasit destruktif yang mengurangi hasil singkong global. Metode pengendaliannya meliputi penanaman varietas tahan nematoda, merotasi tanaman, menggunakan metode biokontrol seperti nematoda, jamur, atau bakteri, kompos dan bahan organik, nematisida kimia pada serangan parah, dan solarisasi tanah. Metode-metode ini membantu menekan populasi nematoda, memperkuat tanah, dan mencegah infestasi lebih lanjut. Namun, kehati-hatian harus dilakukan saat menggunakan nematisida kimia.
Penambang Daun Singkong: Identifikasi dan Pengendalian Hama Terpadu
Tanaman singkong, sumber makanan penting di iklim tropis, dirusak oleh penambang daun singkong (CLM), belatung kecil berwarna putih kekuningan dengan komedo yang memakan bagian dalam daun dan membentuk terowongan berkelok-kelok. Teknik PHT, termasuk strategi budaya, larutan kimia, dan pengelolaan biologis, memberikan pengelolaan CLM yang efisien. Pemantauan rutin dan identifikasi dini sangat penting untuk mengurangi kerusakan CLM, dan mempromosikan kultivar yang tahan CLM sangat penting untuk pengendalian hama berkelanjutan dan ketahanan pangan bagi kelompok yang kurang beruntung.
Layu Bakteri Singkong: Diagnosis dan Cara Pengendaliannya
Tanaman singkong, yang merupakan tanaman pangan umum di daerah tropis, rentan terhadap penyakit layu bakteri (CBW) singkong, yang dapat didiagnosis secara visual atau melalui uji laboratorium. Teknik pengendaliannya meliputi bahan tanam bebas penyakit dan rotasi tanaman, sedangkan pengendalian kimiawi terbatas. Semprotan berbahan dasar tembaga dapat bermanfaat, dan kultivar singkong yang tahan pembiakan adalah solusi jangka panjang. Pemantauan dan identifikasi dini merupakan komponen penting dalam pengelolaan hama terpadu untuk pengendalian CBW. Petani juga harus mengikuti prosedur kebersihan yang benar untuk mencegah penyebaran penyakit.
Jika Anda melewatkannya: Budidaya Kerang Hijau di Filipina: Panduan Komprehensif
Serangga Skala Singkong: Dampak dan Praktek Pengelolaan
Serangga Sisik Singkong, khususnya spesies kutu putih (Phenacoccus manihoti dan P. herreni), merupakan ancaman besar terhadap produksi singkong global (Manihot esculenta). Hama-hama kecil ini menghambat pertumbuhan singkong, mengurangi hasil panen, dan bahkan dapat mematikan tanaman, sehingga menimbulkan risiko besar terhadap ketahanan pangan dan mata pencaharian di wilayah tropis dimana singkong merupakan makanan pokok.
Pengelolaan yang efektif meliputi pengendalian hayati dengan tawon parasit Epidinocarsis Lopez, pemantauan rutin, deteksi dini, insektisida sistemik, dan budidaya varietas singkong yang tahan. Menerapkan strategi pengelolaan hama terpadu sangat penting untuk memerangi dampak buruk serangga ini terhadap tanaman penting ini.
Layu Fusarium Singkong: Memahami dan Mengendalikan Penyebaran
Penyakit Merusak Fusarium oxysporum f. sp. manihotis (FOM) yang menyerang tanaman singkong (Manihot esculenta) disebut Layu Fusarium Singkong. Sistem pembuluh darah tanaman terinfeksi oleh FOM, yang menyebabkan layu, berkurangnya pertumbuhan, dan akhirnya kematian tanaman. Diagnosis yang akurat terhadap tanaman yang sakit dan penggunaan kultivar yang tahan sangat penting untuk membatasi penyebarannya.
Teknik mitigasinya meliputi rotasi tanaman, pembersihan tanah, dan menghindari bahan tanam yang tercemar. Para peneliti sedang menyelidiki fungisida dan pengendalian biologis sebagai alat pengelolaan. Untuk melindungi singkong, yang merupakan tanaman penting bagi ketahanan pangan di banyak negara tropis, memberikan edukasi kepada petani mengenai tanda-tanda penyakit dan tindakan pencegahan sangatlah penting.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu pada Budidaya Singkong
Pengelolaan hama dan penyakit terpadu (IPDM) sangat penting dalam budidaya singkong untuk mengurangi masukan bahan kimia dan meminimalkan kerusakan akibat serangga dan penyakit. Hal ini melibatkan praktik budaya seperti tumpang sari, rotasi tanaman, metode penanaman yang benar, pengendalian biologis dengan memperkenalkan predator yang menguntungkan, dan menanam jenis singkong yang tahan.
Pengendalian kimia melibatkan penggunaan pestisida dengan kriteria penerapan yang ketat, pemantauan yang konsisten, deteksi dini untuk mencegah masalah, dan pendidikan petani tentang prinsip dan teknik IPDM untuk penerapan yang efisien. Pendekatan ini memastikan produksi tanaman berkelanjutan dan meminimalkan kerusakan akibat serangga dan penyakit.
Jika Anda melewatkannya: Carolina Reaper Pepper: Menanam Benih, Menanam, dan Merawat Panas Terik Cabai Terpedas di Dunia
Kesimpulan
Tindakan pencegahan dan pengendalian yang efektif sangat penting untuk mengurangi dampak hama dan penyakit utama yang menyerang singkong. Taktik utamanya mencakup pengendalian hama terpadu, identifikasi dini, tanaman tahan, dan praktik pertanian yang baik. Petani, peneliti, dan politisi harus bekerja sama untuk menjaga produksi singkong dan ketahanan pangan.