Keelektronegatifan adalah ukuran seberapa kuat suatu atom menarik elektron dalam ikatan kimia. Ini adalah sifat yang sangat penting dalam kimia, karena dapat mempengaruhi sifat-sifat dan reaktivitas suatu senyawa.
Skala keelektronegatifan yang paling umum digunakan adalah skala Pauling, yang dirumuskan oleh Linus Pauling. Dalam skala ini, fluor (F) memiliki keelektronegatifan tertinggi sebesar 4.0, sementara unsur-unsur dengan keelektronegatifan terendah adalah unsur-unsur logam alkali seperti litium (Li) dan natrium (Na) dengan keelektronegatifan sekitar 0.9.
Keelektronegatifan memainkan peran penting dalam membentuk ikatan kimia. Ketika atom dengan keelektronegatifan yang tinggi berikatan dengan atom yang memiliki keelektronegatifan yang rendah, ikatan tersebut disebut ikatan ionik. Contohnya adalah ikatan antara logam natrium (Na) dan non-logam klorin (Cl) dalam senyawa natrium klorida (NaCl).
Di sisi lain, ketika dua atom dengan keelektronegatifan yang relatif tinggi berikatan bersama-sama, seperti antara dua atom non-logam, mereka membentuk ikatan kovalen. Contohnya adalah ikatan antara dua atom hidrogen (H) dalam molekul hidrogen (H2).
Keelektronegatifan juga mempengaruhi polaritas molekul. Jika terdapat perbedaan keelektronegatifan yang signifikan antara atom-atom dalam suatu molekul, molekul tersebut akan memiliki momen dipol netto dan dianggap sebagai molekul polar. Sebaliknya, jika perbedaan keelektronegatifan kecil atau tidak ada, molekul tersebut dianggap sebagai molekul nonpolar.
Dalam ringkasan, keelektronegatifan adalah sifat atom yang menunjukkan seberapa kuat atom tersebut menarik elektron dalam ikatan kimia. Hal ini mempengaruhi jenis ikatan yang terbentuk antara atom-atom tersebut, serta polaritas dan sifat-sifat kimia dari senyawa yang terbentuk.