Umum

Humanisme Renaisans

Seni Zaman Modern mengambil tokoh-tokoh dari mitologi Yunani-Romawi.

Antara abad ke-15 dan ke-16, perubahan budaya mendasar terjadi di Eropa untuk memahami zaman cararn, dan yang kemudian dibaptis sebagai Renaisans. Namanya karena fakta bahwa, setelah berabad-abad obskurantisme abad pertengahan, budaya Eropa dilahirkan kembali, memulihkan dan menilai kembali akar Yunani-Latin klasiknya.

Proses ini memiliki dampak besar pada seni dan filsafat. Di sisi lain, hal itu dimungkinkan berkat terkikisnya nilai-nilai agama tradisional, yang menggantikan keyakinan agama dengan akal manusia, dan metode skolastik membaca teks-teks kuno, dengan pengamatan, penyelidikan, dan evaluasi realitas empiris.

Paradigma budaya baru ini dikenal sebagai humanisme, karena mengambil Tuhan dari pusat perhatian manusia dan menempatkan manusia itu sendiri pada tempatnya (antroposentrisme).

Seni dan filsafat menggemakan perubahan ini. Lukisan-lukisan abad pertengahan, yang berfokus pada representasi yang ilahi, memberi jalan kepada representasi adegan-adegan mitologis Yunani-Romawi, di mana tubuh manusia dan tindakannya menempati bidang sentral, dan pada cara-cara baru untuk memahami estetika Kristen.

Demikian pula, penyebaran pengetahuan dalam bahasa vulgar menjadi keharusan. Untuk alasan ini, Alkitab diterjemahkan dari bahasa Latin ke berbagai bahasa Eropa, sebuah langkah penting menuju konstruksi identitas nasional dan negara-bangsa, serta untuk pemisahan antara politik dan agama.

Filsafat adalah protagonis besar dari gerakan humanis. Nama-nama seperti René Descartes (1596-1650), Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), Gottfried Leibniz (1646-1716), David Hume (1711-1776) atau Immanuel Kant (1724-1804), mereka menghadapi masalah besar saat itu, yang membutuhkan penciptaan perspektif filosofis yang sama sekali baru, tanpa gringo abad pertengahan.

Dengan demikian, rasionalitas, kebebasan, kehendak bebas, pembentukan individu, toleransi dan rasa ingin tahu adalah bagian dari nilai-nilai yang dibela humanisme. Dengan demikian, sistem filosofis baru didirikan, yang ditandai dengan moral dan etika sekuler, yang memahami manusia sebagai makhluk yang mampu mencari kesejahteraannya sendiri.

Humanisme diangkat lagi pada pertengahan abad ke-18 oleh Pencerahan, sebuah gerakan budaya yang sangat penting dalam pemikiran kontemporer.

Selengkapnya di: Renaissance